Konservasi berasal dari kata
Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang
memiliki pengertian upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you
have). Namun, secara umum Konservasi adalah upaya yang
dilakukan manusia untuk melestarikan, melindungi, dan menyelamatkan alam.
Manusia senantiasa berusaha
untuk menciptakan suatu karya yang baru. Perkembangan zaman membuat peradaban
menjadi semakin maju. Namun kemajuan ini tidak seirama dengan sikap manusia
terhadap alam. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak dari kita yang hanya
mengambil keuntungan dari alam namun tidak membalas jasa alam dan parahnya,
tidak menggubris resiko yang akan mereka timbulkan kelak. Misalnya saja
membuang sampah sembarangan atau bukan pada tempatnya, menggunakan kendaraan
bermotor dengan tidak semestinya, dan boros energi. Akibatnya terjadi berbagai
macam hal yang tidak diinginkan yaitu pencemaran seperti, pencemaran tanah,
suara, panas, dan udara.
Pencemaran suara dapat
diartikan sebagai suara yang berintensitas tinggi yang tidak disenangi manusia
yang dalam jangka waktu panjang tidak hanya mengganggu namun juga dapat merusak
alat pendengaran manusia dan makhluk hidup lainnya. Selain pencemaran suara ada
juga pencemaran panas yang bisa disebabkan oleh limbah-limbah radio aktif,
limbah industri mesin, pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain. Pencemaran
panas memang tidak terlalu mencolok dalam kehidupan. Pengaruhnya baru akan
terlihat jika keadaan sudah sangat parah.
Pencemaran tanah pada
umumnya terjadi akibat buangan bahan-bahan sisa dan sebagian besar ditimbulkan
oleh masalah sampah. Sebenarnya jarang terjadi pencemaran tanah akibat hasil
dari industri, meski tidak menutup kemungkinan hal itu ada. Sampah organik maupun
anorganik yang tidak di olah secara benar akan menimbulkan pencemaran tanah.
Bagaimana cara mencegah timbulnya
pencemaran-pencemaran itu?
Tidak ada kehidupan yang tidak berharga di dunia ini,
semua kehidupan itu sama baiknya tergantung bagaimana cara kita menjalaninya.
Jika kita baik pada alam, maka alam juga akan baik kepada kita. Sebaliknya,
jika kita berlaku kasar, hukum alam selamanya tetap berlaku.
Mencegah tidak sama dengan
mengobati, hebatnya Konservasi melingkupi kedua aspek tersebut. Alangkah indahnya
jika kita bisa mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi sebelum harus
melakukan pengobatan yang dalam segi ekonomis tentu sangat jauh berbeda
nominalnya.
Mencegah hal buruk terjadi pada alam harus dimulai
dari diri sendiri. Seseorang harus menanamkan sikap peka terhadap lingkungan
sebelum ia menyuruh orang lain untuk mencintai lingkungan. Kebersihan
lingkungan juga harus selalu di jaga. Kebersihan lingkungan merupakan usaha
menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat sehingga dapat mencegah penularan
penyakit. Kebersihan lingkungan tidak hanya untuk mencegah datangnya penyakit,
namun juga memberi kenyamanan bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Mengolah Sampah Menjadi Kompos
Hal lain yang
juga harus dilakukan dalam menjaga lingkungan adalah pengolahan sampah. Yaapss sampah, kata yang sudah tidak asing lagi kita dengar.
Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga,
perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Atau dengan kata lain sampah adalah
bagian dari sesuatu yang sudah tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
harus dibuang. Oleh karena itu, muncul ide-ide baru mengolah sampah menjadi
benda yang lebih berguna.
Sebelum melakukan pengolahan sampah, hendaknya kita
harus memisahkan sampah-sampah tersebut terlebih dahulu. Pemisahan sampah ini
dikarenakan karakter suatu bahan yang
akan mengalami degradasi, sehingga berubah menjadi bahan dasarnya atau menjadi
bahan lain yang diharapkan lebih bermanfaat.
Dalam pemilahan sampah, kita membutuhkan tempat-tempat
sampah yang berbeda sesuai jenisnya. Biasanya sampah dipilah menjadi 2 jenis,
sampah organik dan anorganik. Sampah organik bisa dibagi menjadi sampah organik
dedaunan, kertas, dan lain-lain. Kemudian sampah anorganik juga bisa dibedakan
menjadi sampah pecah belah, plastik, dan masih banyak lagi sesuai dengan
kebutuhan. Selain itu, pemilahan sampah dikarenakan waktu degradasi bahan yang
berbeda-beda. Menurut waktu degradasinya, sampah organik seperti daun, buah,
dan sayuran membutuhkan waktu degradasi sekitar 2-4 minggu, sampah kertas 10-30
hari, dan sampah anorganik seperti kaleng, kaca, kantong plastik, dan styrofoam
membutuhkan waktu selama 100 hingga 100.000 tahun.
Selain karena alasan degradasi atau penghancuran, pemilahan sampah juga dapat dimanfaatkan
dalam segi ekonomis. Pemilahan sampah dapat mempermudah orang lain menggunakan
sampah tersebut sesuai jenis yang mereka butuhkan. Sampah anorganik seperti
botol, gelas, besi atau logam dapat langsung digunakan kembali setelah di daur
ulang atau dibersihkan dahulu.
Selain sampah anorganik yang bisa dimanfaatkan, sampah
organik seperti dedaunan dan kertas juga masih dapat dimanfaatkan setelah di
daur ulang melalui proses pengomposan sehingga menjadi pupuk organik (kompos)
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Proses membuat kompos sangat sederhana, seseorang akan menguasainya dengan cepat jika dilatih.
Banyak manfaat yang dapat diambil dari
kegiatan pemisahan sampah organik dan anorganik ini antara lain :
Ø
Berkontribusi
secara langsung dalam memecahkan masalah penanganan sampah yang menumpuk.
Ø
Kualitas
lingkungan meningkat. Lingkungan yang bersih dari sampah akan lebih terasa
nyaman.
Ø
Kualitas
estetika/keindahan meningkat.
Ø
Tambahan
pendapatan. Sampah organik yang dapat diolah menjadi pupuk kompos dan sampah
anorganik dapat didaur ulang menjadi barang yang lebih bermanfaat.
Kita
adalah produsen sampah, maka sebaiknya kita juga secara bersama-sama menangani
masalah sampah karena kita juga lah yang akan menikmati lingkungan yang bersih.
Bila Bukan Kita
Yang Peduli, Siapa Lagi ?
Apakah Kompos itu ?
Kompos adalah pupuk organik yang merupakan
hasil penguraian atau dekomposisi
bahan organik (tanaman, hewan, sampah) yang dilakukan oleh mikroorganisme
aktif (bakteri dan jamur). Contoh sampah organik yang dapat dijadikan kompos
adalah daun-daun gugur, sisa-sisa sayur, buah, dll.
Proses membuat kompos dimulai dari pemilahan sampah,
kemudian melalui proses pengumpulan. Proses pengumpulan dilakukan setelah
sampah-sampah sesuai jenisnya yang sebelumnya ditampung dalam tempat sampah
pemisah kemudian dipindah ke sebuah bak penampungan untuk kemudian dihancurkan
(dicacah menjadi halus ±2 cm) agar lebih mudah
didekomposisi. Setelah itu, dibawa ke lokasi pembuatan kompos di tempat yang
telah ditentukan.
Bahan organik yang telah melalui proses pengecilan
atau penghancuran, kemudian disusun menjadi tumpukan memanjang dengan dimensi
panjang × lebar × tinggi = 2m × 12m × 1,75m (sesuai kebutuhan). Pada setiap
tumpukan dapat di beri terowongan bambu yang berfungsi mengalirkan udara di
dalam tumpukan.
Bahan organik secara alami akan mengalami peruraian
oleh ratusan jenis mikroba (bakteri, jamur, ragi). Mula-mula sejumlah besar
bakteri akan menyerbu, terlihat adanya lapisan putih di permukaan kompos (jamur
dan actinomycetes). Kompos dapat dijadikan tempat berkembangnya serangga dan
cacing karena banyak sumber makanannya.
Langkah
selanjutnya adalah bahan organik yang ditumpuk kemudian di balik. Proses pembalikan
ini mempunyai banyak fungsi, yaitu :
membuang panas yang berlebihan,
memasukkan
udara segar,
meratakan
proses dekomposisi,
meratakan
pemberian air, dan
membantu
penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
Penyiraman juga tidak boleh terlewat dalam proses ini.
Penyiraman dilakukan pada bahan baku serta tumpukan yang terlalu kering. Pada
penyiraman ini, cairan yang digunakan berupa : EM 4, tetes tebu, dan air.
Cairan-cairan ini kemudian dicampur dan di semprotkan pada bahan organik.
Bahan organik yang telah disusun harus dijaga
kelembabannya. Jangan terlalu basah, namun juga tidak boleh kering. Apabila
terlalu basah, perlu dilakukan pembalikan kembali.
Setelah 3-5 minggu, suhu tumpukan akan semakin menurun
hingga mendekati suhu ruangan. Saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat,
tua atau kehitaman. Kompos masak pada tahap pematangan selama 14 hari.
Tahap selanjutnya adalah penyaringan. Penyaringan
dilakukan untuk pemisahan ukuran kompos sesuai kebutuhan, serta untuk
memisahkan bahan-bahan yang tidak atau belum dapat dikomposkan yang lolos dari
proses awal pengomposan. Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan pada
tumpukan yang baru sedangkan bahan yang tidak bisa dikomposkan dituang sebagai
hasil residu. Sampah organik
yang tak terurai bisa dibakar dan arangnya bisa dimanfaatkan untuk menaikkan pH
tanah dan mengikat unsur logam berat yang beracun.
Kompos yang baik mengandung unsur hara makro Niotrogen
> 1,5 % , P2o5 (Phosphat) > 1 % dan K20 (Kalium ) > 1,5 %, disamping
unsur mikro lainnya. C/N ratio antara 15-20 , diatas atau dibawah itu kurang
baik.
Tahap terakhir adalah pengemasan. Pengemasan dilakukan
untuk melindungi kompos agar terhindar dari pencemaran, bibit-bitbit jamur, dan
benih gulma yang mungkin terbawa oleh angin.
Selain itu, pada proses pembuatan kompos dibutuhkan
pengendalian terhadap temperatur tumpukan, kelembapan, oksigen, kecukupan C/N
Ratio, dan volume agar memperoleh hasil yang baik.
Manfaat kompos :
Kompos dapat
meningkatkan kesuburan kimia dan fisik tanah yang selanjutnya akan meningkatkan
produksi tanaman,
Kompos
meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah,
Pada perikanan,
umur pemeliharaan ikan berkurang dan pada tambak, umur pemeliharaan 7 bulan
menjadi 5-6 bulan,
Selain itu,
kompos membuat rasa buah dan sayuran lebih enak, lebih harum dan lebih masif.
Hal inilah yang mendorong perkembangan tanaman organik, karena lebih sehat dan
aman karena tidak menggunakan pestisida,
Pembuatan
kompos di sekolah dapat membangkitkan jiwa mandiri pada siswa yang ikut berpartisipasi,
Mengurangi pencemaran
yang akan timbul akibat sampah.
Reboisasi
Selain mengampu tentang materi kompos, divisi
Konservasi juga mengatasi tentang Reboisasi. Semua pasti tahu apa itu Reboisasi
kan?
Banyak orang yang telah mengenal ataupun mengerti apa yang dimaksud
dengan REBOISASI? Yuups.. sebuah kata yang bermakna penghijauan kembali hutan
ataupun ladang kosong yang gundul. Namun pada kenyataannya orang hanya cukup tahu
tentang arti dari kata reboisasi, tanpa selanjutnya melakukan tindakan.
Tujuan dari
reboisasi adalah untuk meningkatkan
kualitas kehidupan manusia dan menjaga klestarian alam semesta. Sedangkan
fungsi dari reboisasi sendiri adalah :
Menyerap polusi
dan debu dari udara
Sebagai paru-paru dunia
Mencegah pemanasan global dengan menangkap karbon dioksida dari udara.
Hasilnya
dapat dimanfaatkan, misalnya kayu dan lain-lain.
Tujuan Konservasi sendiri adalah untuk menjaga
kelestarian dan keseimbangan alam, oleh karena itu konservasi menjadi kewajiban
setiap umat manusia. Saat ini, bumi kita semakin menangis. Tidak sedikit bagian
dari bumi ini yang merasakan kejamnya tangan-tangan jahat manusia. Pencemaran
yang membabi buta mengakibatkan alam semakin tersedak. Tugas kitalah untuk
menjaga kekayaan bangsa Indonesia yang berupa hutan, gunung, laut yang mana
merupakan sumber kekayaan alam yang serbaguna sebagai manifestasi dari
kemurahan-Nya.
No comments:
Post a Comment